Bengkulu, SM – Kondisi Lapangan Merdeka, Tanah Lapang atau sebelum kemerdekaan disebut Padang Gereja Kota Bengkulu, terus menuai kritikan konstruktif dari berbagai kalangan anak negeri.
Kali ini kritikan dilontarkan tokoh masyarakat Bengkulu, yang juga Ketua Keluarga Kerukunan Tabut Bencoolen, Ir Achmad Syiafril S. Dia melihat ada tedensi dari pihak tertentu yang sengaja atau tidak, akan mengaburkan sejarah danh budaya anak negeri yang banyak berawal dari Lapangan Merdeka atau Padang Gereja yang sudah puluhan tahun centangperenang dan penuh carutmarut itu.
“Lapangan Merdeka itu kini nampaknyo idak bisa dimanfaatkan lagi seperti lazimnyo, untuk tumpahruah kegiatan sosial budaya dan kearifan lokal nangado”, keluh Syiafril, Rabu (10/1) di kediamannya, Pasar Melintang Kota Bengkulu.
Keluhan ini tentunya bukan tanpa upaya untuk memberikan masukan pada Pemerintah Provinsi Bengkulu. Sebelumnya, surat untuk hearing dengan pihak DPRD Provinsi sudah dilayangkan, termasuk pada Gubernur Rohidin Mersyah. Sayangnya himngga kini belum mendapat respon.
Dikatakan Syaifril, dirinya merasa gusar, apalagi saat melihat ada pembangun taman di Lapangan Merdeka. Bukan dikembalikan seperti aslinya. Ini tentunya ada indikasi untuk mengaburkan sejarah anak negeri, yang turut andil dalam merebut Kemerdekaan NKRI.
Padahal , Lapangan Merdeka adalah salah satu saksi bisu sejarah Anak Negeri Bencoolen. Sebagaiamana saksi bisu lain, seperti Gedung Nasional (KNID = cikal bakal DPRDGR) yang dihancurkan Tahun 1993 oleh Bidang Cipta Karya Provinsi Bengkulu. Termasuk Tugu Kemerdekaan yang dibangun anak negeri di Bubungantigo , depan Gedung Nasional yang dirobohkan oleh Dinas Pertamanan Tahun 2003.

Tidak Menentu lagi
Syiafril menceritakan singkat fungsi Padangan Gereja yang pasca 17 Agustus 1945 penyebutan menjadi Lapangan Merdeka, dulunya memang difungsikan untuk berbagai macam kegiatan, yang mengundang khalayak ramai tumpahruah di tanahlapang itu, antara lainnya untuk dijadikan Lapangan Upacara, Lapangan Bola, Lapangan Basket, Lapangan Tennes.
Tidak itu saja, Tanah lapang ini juga digunakan masyarakat sebagai Lapangan bermain anak-anak, Lapangan Senam pagi pakai irama music, Lapangan Shalat hari Raya , Pasar malam 30 hari di bulan Tabut Tempo Dulu, Lapagan Tabut Besanding, Lapangan latihan menokok DHOL dan Lapangan tempat latihan obade serta lain sebagainya.
Kalai itu semuanya tekait dengan Kegiatan sosial dan budaya lokal. “Bukan untuk dipersempit oleh bangunan-bangunan yang dibangun tanpa uji publik”, tegasnya.
Pada era Gubernur Bengkulu Adjis Achmad, dalam rangka antisipasi acara Tabut yang kala itu masyarakat dari berbagai provinsi , di Tahun 1996 dikumpulkanlah Pengurus KKT untuk berembuk (Bermusyawarah) yang intinya, hendak diapakan Lapangan Merdeka itu?
“Maka kesimpulannya disepakati, bahwa Tanah Lapang perlu didatarkan, dan dijadikan semakin lapang, tidak pakai becek ditambah panggung permanen”, kenang Syiafril.
Memangnya kapan awal Tanah Lapang itu menjadi tidak nyaman bagi anak negeri? Sejak Tahun 2008. Lapangan Merdeka itu dibuat tidak menentu dan tidak nyaman oleh Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum Provinsi. Hingga kini kian betambah parah lagi. Bidang Cipta Karya PUPR Provinsi membuat Taman, yang hanya mempersempit Tanah Lapang Merdeka.
“Padahal yang diperlukan di situ bukan taman, melainkan bagaimana caranya agar lapangan terbuka itu tidak becek lagi dan menjadikannya semakin bertambah lapang. Bukan untuk taman dan bukan untuk membangun pasar atau tempat berjualan baru. Jika inin membangun pasar, di Pasar Brokotolah tempatnya yang jaraknya tak jauh dari Tanah Lapang”, tegasnya.
Kini, kondisnya sudah menjadi sangat menyedihkan, ditambah lagi dibangun taman yang tidak pada tempatnya , bukan lokasinya. Jika ingin membuat taman jelas Syiafril.(ck)