Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) yang secara global berlangsung sejak Tahun 2020 lalu, meluluhlantakan tatanan masyarakat dunia. Sosial, budaya, politik dan ekonomi seakan mengalami ‘matisuri’.
Rasa ketakutan, kecemasan kian menjadi momok. Aktivitas hidup masyarakat menjadi terganggu. Mulai dari melihat banyaknya kematian akibat terpapar Covid-19 hingga kesimpangsiuran informasi tentang apa, bagaimana dan solusibagi masyarakat dalam menghadapi virus mematikan yang berasal dari wilayah Wuhan, China ini.
Di Indonesia, seperti pada Provinsi Bengkulu, fitrah sebagai makhluk bermasyarakat dan berbudaya sempat terganggu. Termasuk aktifitas politik dan ekonomi. Perubahan sikap individualistik membentuk sikap dengan serta merta. Kecurigaan, ketakutan berinteraksi dengan sesama mulai timbul hingga melakukan pembatasan ekstrim.
Psikis di masyarakat yang merupakan ekses dari pademi, terjadi dalam waktu yang singkat dan cepat. Hal itu usai masyarakat mendapatkan informasi yang berseleweran dari berbagai media. Itulah perubahan sosial yang ‘menggerogot’i berbagai sisi hingga terjadi degradasi nilai-nilai, sikap dan pola perilaku di dalam masyarakat. Termasuk pola fikir masyarakat mengalami perubahan.
Budaya yang berlangsung lama hidup di masyarakatpun mampu dihentikan tatkala pandemi. Meskipun disisi lain, terhendinya budaya mempu menguak ketiadaan mitos yang sudah lama hidup, hingga rasionalitas masyarakat kian terbuka.
Pandemi Covid-19 timbulkan kebijakan-kebijakan politik yang sebelumnya tak terbayangkan. Mulai dari pembatasan keluar daerah hingga berpergian keluar negeri. Termasuk kewajiban vaksinasi bagi masyarakat hingga pemangkasan anggaran kegiatan yang sedang dan akan berlangsung.
Perekonomian masyarakat sulit. Pembatasan atas kegiatan pelaku ekonomi diterapkan. Disisi lain, ada rasa ketakutan masyarakat saat akan melakukan interaksi dan transaksi ekonomi. Lengkaplah sudah. Pandemi merubah segalanya yang sudah ada di masyarakat selama ini.
Baru pada bulan Juni hingga November 2021 ini, tampak perubahan drastis diberbagai system yang ada dalam masyarakat. Salah satunya digencarkannya vaksinasi berkala, kejelasan informasi hingga berbagai bantuan pemerintah ke masyarakat. Paling tidak, itu bagian spirit bagi masyarakat untuk bangkit, bersemi lagi kala pandemi. Meskipun bangkit dengan tetap mengindahkan protokol kesehatan yang sudah ditetapkan pemerintah.
Pertanyaannya, akankah kebangkitan masyarakat kala pandemi yang kini masih berlangsung, akan mengembalikan tatanan masyarakat yang sempat hilang?
Tampaknya hal itu akan sulit kembali terjadi. Perubahan sikap dan perilaku tentu akan terjadi membentuk tatanan dan sikap masyarakat dengan pola baru. Soal berapa krusial perubahan yang ada, tergantung berapa lama pandemi ini dapat berakhir.